Posted in Riset dan Hobby, Seputar kampus

Diskusi dg Mahasiswa MP FIP Unesa: “The Impact of AI in Education”

“The Impact of AI in Education” singkatnya seperti itu diskusi hangat di Auditorium FIP hari Jum’at kemarin. Ini kali pertama tahu Auditorium FIP walau bukan pertama kali main di FIP. Memenuhi permintaan mahasiswa Pak @⁨~Trihantoyo⁩ utk _ngobrolin_ AI. Wajah ekspresi mahasiswa saat bahas AI, chatGPT, apakah AI itu, sangat menarik. Terutama saat mereka diajak ulik AI dari dua sisi-nya. Sisi positif dan negatif, dan bahayanya para pengguna AI yg tidak tahu cara kerja AI (kita istilahkan yg tidak well educated 🙏). Paling seru seru saat sesi tanya jawab bahas ttg aplikasi di sosmed yg sering mereka pakai entah tik tok, facebook, dan lain sebagainya tentang mendeteksi umur dari aplikasi berbasis AI. Saat saya tanya “Pernah memakai atau melihat aplikasi spt how old are you? Aplikasi yang mendeteksi umur dari wajah pengguna. Kemudian ada yang menemui kejadian di belakangnya kosong gelap trus aplikasi menghasilkan deteksi ada org lain yg tak tampak umurnya ratusan tahun atau umurnya x tahun?” Langsung mhs mengiyakan.

Kemudian saya tanya kembali “kira2 kenapa?” Ada yg menganggap ada penampakan, dll. Dan disanalah kita mulai edukasi ttg kelemahan AI dan dampak negatifnya.

Yang dihasilkan aplikasi itu bukan kelebihan AI, itu justru kelemahan. Bagi yang paham AI akan tahu bahwa itu kegagalan sistem. Namanya false positive. Yaitu suatu kondisi salah tp dikatakan benar oleh AI. Jadi AI mendeteksi bukan manusia sbg manusia dan menuliskan umur bukan suatu kelebihan AI bisa deteksi metafisik alias hantu atau penampakan. Itu justru ketidak akuratan sistem. Sama halnya jika di medis orang sehat dikatakan sakit. Bagi org AI ini masalah. Ini kelemahan sistem yang harus diperbaiki. Dan bisa bahaya kl dibiarkan.

Bagi org awam, dlm hal deteksi umur td, justru menganggap AI itu keren banget ya. Trus percaya begitu saja kl ada hantu atau penampakan usianya xxx tahun. Tempat berhantu dkk. Padahal AI ga mampu utk itu. 😊

AI itu tidak secerdas yg dibayangkan banyak pengguna, dia manut dr data yg diajarkan atau di training ke mereka. Kl yg ngajari salah maka AI ini jd super ‘cerdas’ kesalahannya alias super “mengawur”nya. 🙏
AI itu seperti sebilah pisau, ditanggan org baik akan jd tools yg bermanfaat baik, ditangan org jahat akan jd tools yg berbahaya. Karena dia tahu benar tidaknya sesuatu berdasarkan data yg diberikan dan model pembelajaran yg ditanamkan.

Beda dg manusia, memiliki nurani, jadi ketika melakukan kesalahan ada hati nuraninya yg akan menegur dia. Atau minimal muncul pertanyaan dlm dirinya bener ga ya? Mesin (AI) ga spt itu. Dan contoh mudahnya sy menyebut sebuah film ttg robot pembantu atau sahabat anak yg akhirnya menjadi robot yg sadis.

Termasuk ketika dilanjutkan bahas bgm GPT melakukan generate teks menjadi artikel. Senang ketika teman2 pendidikan mulai aware dg AI. Tidak perlu menguasai minimal memahami, dan memiliki knowledge cara kerja AI, insya Allah akan membawa dampak baik ketika menjadi guru atau praktisi di dunia pendidikan utk mengedukasi siswa siswinya di masanya nanti. 😊

Author:

Seorang istri dan ibu yang sedang berusaha mengabdikan diri untuk negara, suka membaca, menulis, belajar dan ingin selalu mengalirkan apa yg sudah dipelajari :-)

Leave a comment